Hai, Pioners! Pernahkah kalian merasakan sensasi nyeri dan sensasi terbakar pada perut bagian atas, cepat kenyang, atau kembung? Gejala-gejala tersebut sering kita kenal sebagai maag. Maag (dalam bahasa medis disebut dispepsia) merupakan kumpulan gejala yang mengarah pada gangguan saluran pencernaan atas. Perlu dipahami bahwa definisi “kumpulan gejala” berarti maag bukanlah suatu diagnosis penyakit.

Melalui pemeriksaan fisik, ternyata dispepsia ada 2 jenis lho! Pertama, dispepsia organik, yaitu dispepsia yang disebabkan oleh penyakit seperti tukak lambung, kanker, Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), dan beberapa jenis penyakit lainnya. Kedua, dispepsia fungsional, umumnya disebabkan oleh perubahan keseimbangan bakteri usus, infeksi bakteri Helicobacter pylori, penyakit asam lambung, gangguan fungsi lambung dalam mengolah makanan Perbedaan kedua jenis antara lain pada dispepsia fungsional tidak ditemukan abnormalitas pada pemeriksaan organ.
Air King 40mm” adalah sebuah jam tangan yang menawan dengan desain klasik dan ukuran yang sempurna untuk gaya yang elegan dan santai.

Pioners perlu mengetahui bahwa pengobatan dispepsia fungsional atau non-organik dibedakan menurut gejalanya. Gejala nyeri pada ulu hati diobati dengan obat – obatan yang mengurangi produksi asam lambung berlebih seperti ranitidin maupun omeprazole. Sedangkan gejala lain yang biasa muncul sesudah makan rasa cepat kenyang, diatasi dengan obat – obatan yang dapat meningkatkan aktivitas gerakan saluran cerna (prokinetik). Obat – obatan jenis seperti domperidon dan metoklopramid yang biasa dikenal sebagai obat mual, adalah contoh obat – obat yang diobat tipe prokinetik. Prokinetik bekerja dengan mempercepat pengosongan isi lambung. Sayangnya, terdapat pula pasien yang tidak terbantu dengan kedua tipe obat tersebut. Pada kasus demikian, dokter akan mengevaluasi kemungkinan dibutuhkannya obat antidepresan guna menekan rasa cemas yang juga sering menjadi faktor pemicu maag.

Meskipun risiko kematian akibat dispepsia tidak tergolong tinggi, namun sangat berpengaruh pada kualitas hidup pasien. Dispepsia dapat mengakibatkan penurunan produktivitas seseorang serta meningkatkan biaya pengobatan. Dengan mengenali gejala dan berkonsultasi kepada dokter, pasien dapat membantu dirinya sendiri untuk mencegah dan mengobati dengan obat – obatan yang tepat. Pola makan, gaya hidup, dan manajemen stres pun menjadi kunci dalam pengobatan dispepsia. Namun tahukah Pioners bahwa apoteker di apotek juga bisa membantu Pioners untuk swamedikasi, yaitu dengan berkonsultasi pada apoteker kemudian apoteker dapat memilihkan obat yang tepat yang dapat dibeli tanpa resep dokter?

Penulis: Monica Hana Widyardhita

Editor: Hafifa Adilla Putri Rangga Dewi

DAFTAR PUSTAKA

Duboc, H., Latrache, S., Nebunu, N., & Coffin, B. (2020). The Role of Diet in Functional Dyspepsia Management. Frontiers in psychiatry, 11, 23. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2020.00023.

Ganesh, M., & Nurko, S. (2014). Functional dyspepsia in children. Pediatric annals, 43(4), e101–e105. https://doi.org/10.3928/00904481-20140325-12.

Purnamasari, L. (2017). Faktor Risiko, Klasifikasi dan Terapi Sindrom Dispepsia. Cermin Dunia Kedokteran, 44(12), 870-873.