Hai, Pioners! Bicara tentang mahasiswa, pastinya tidak lepas dari penyakit maag atau dispepsia yang sangat terkenal di kalangan tersebut. Meskipun dianggap umum, faktor pemicunya tetap perlu diperhatikan. Dalam beberapa kasus, dispepsia bisa menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius. Terdapat tiga faktor yang sering kita abaikan, padahal kita tahu ketiga hal tersebut adalah alasan penyakit maag terus menyertai keseharian kita, antara lain mengonsumsi makanan pedas, telat makan, dan stres. Ketiga faktor tersebut jugalah yang sering menjadi alasan dispepsia terus menyertai keseharian kita. 

Faktor pertama adalah mengonsumsi makanan pedas. Rasa pedas tentunya wajib ada di setiap makanan di Indonesia dong Pioners! terutama bagi kalangan muda. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa mengonsumsi makanan pedas yang berlebihan justru dapat memicu sakit perut pada beberapa orang. Satu studi secara khusus menyoroti bahwa terlalu sering mengonsumsi makanan pedas dapat memicu gejala gastrointestinal bagian atas.

Kedua, telat makan adalah kebiasaan yang sering terjadi pada kebanyakan orang. Terlihat sepele, tetapi sangat berdampak pada kesehatan tubuh. Apabila kita makan setelah lambung dikosongkan dalam waktu yang lama, akan terjadi gejala nyeri hebat yang menjalar hingga ke ulu hati dan menyebabkan luka atau iritasi yang ditimbulkan cairan lambung pada mukosa lambung. Dalam Journal of the American Medical Association, waktu makan dapat menjadi penyebab berkembangnya penyakit maag karena dapat berkontribusi meningkatkan beban asam duodenum atau usus 12 jari yang dapat memperburuk gejala. Jadi, telat makan ini jangan dijadikan hal yang sepele lagi ya, pioners!

Ketiga, stres memang kondisi yang sulit untuk dikendalikan ya pioners! karena mereka datang sebagai reaksi tubuh terhadap tantangan dan tekanan yang muncul tanpa kita inginkan. Stres menjadi faktor perubahan psikologis yang berkaitan dengan penyakit dan gejala gastrointestinal. Tubuh akan mengaktifkan sistem saraf sebagai reaksi perlawanan untuk mencapai keseimbangan fisik dan psikologis. Namun, ketika stres muncul, aktivasi tersebut dapat terhambat hingga menyebabkan penyakit. Paparan stres psikologis menyebabkan perubahan dalam interaksi otak-usus yang pada akhirnya mengarah pada perkembangan gangguan saluran pencernaan, termasuk gangguan gastrointestinal fungsional. 

Penulis: Warda Fatin Nabila

Editor : Alexandro Yosua Rezal Eka Putra

Daftar Pustaka

Anonim, 2019, Dampak Buruk Telat Makan, RSI A. Yani, https://rsisurabaya.com/6330-2/ , diakses pada 19 Maret 2022. 

Edwin McDonald, MD, 2018, A hot topic: Are spicy foods healthy or dangerous?, Uchicago Medicinehttps://www.uchicagomedicine.org/forefront/health-and-wellness-articles/spicy-foods-healthy-or-dangerous#:~:text=What’s%20up%20with%20that%3F,dyspepsia%20(or%2C%20indigestion), diakses pada 19 Maret 2022. Nam, Y., Kwon, S. C., Lee, Y. J., Jang, E. C., & Ahn, S. H. (2018). Relationship between job stress and functional dyspepsia in display manufacturing sector workers: a cross-sectional study. Annals of occupational and environmental medicine, 30, 62. https://doi.org/10.1186/s40557-018-0274-4